Kamis, 23 April 2020

Dilema Mudik Pandemi Covid-19


Pemerintah sudah resmi mengeluarkan pernyataan Pelarangan Mudik terhitung mulai tanggal 24 April 2020.
Sebenarnya, masih ada waktu 3 hari bagi anakku yang kuliah di STMKG Bintaro untuk pulang tetapi aku sudah memutuskan agar anakku tetap bertahan di sana.

Begitu banyak hal yang harus aku pertimbangkan untuk mengambil keputusan ini.
Di satu sisi, sebagai seorang Ibu tentu saja aku sangat merindukan anakku, apalagi kakak dan adiknya juga sudah stay di rumah. Dalam hati, akupun sangat ingin melihat ketiga anakku berada di rumah. Aku ingin melindungi mereka dengan mata kepalaku secara langsung.

Di sisi lain, aku tidak ingin anakku menderita dengan perjalanannya nanti.
Pertama, dia tidak pernah pulang dengan naik bus karena dia pasti mabuk. Jadi dia hanya akan merasa aman dan nyaman bila naik kereta api. Padahal dalam waktu 3 hari itu tidak mungkin dia mendapatkan tiket kereta. Mau tidak mau bus adalah satu-satunya transportasi yang tersedia untuknya.

Kedua, seandainya dia nekat pulang dengan bus, dalam perjalanan dari rumah kostnya tentu dia melewati banyak orang. Begitu pula saat dia memasuki terminal, pasti juga akan bersinggungan dengan banyak orang. Kita tidak tahu apakah di antara mereka ada yang sudah positif? Ini sangat beresiko bagi dia.

Ketiga, seandainya dia bisa pulang, sesampai di rumah nanti dia akan berstatus ODP. Itu pasti! Dan karena itulah semua warga sekampung akan mengawasi kami sekeluarga. Seolah-olah kami menjadi "tersangka".
Jikalau pun ada rumah kosong sebagai tempat isolasi, dia akan tinggal sendirian di sana selama 14 hari. Duh.....begitu menderitanya anakku. Dia akan menderita dan aku sebagai ibunya akan jauh lebih menderita lagi.

Aku tidak ingin itu terjadi.......

Aku lebih rela menangis menahan rindu daripada melihat anakku menderita. Keputusan ini bukan hal yang mudah bagiku.
Aku pasti akan menangis saat buka dan sahur tiba. Biasanya formasi keluarga kami lengkap pada monent-monent seperti ini, dan kali ini harus kurang 1 anggota.
Aku pasti akan menangis ketika suara Takbir bergema di malam Idul Fitri. Aku juga akan menangis waktu sholat Idul Fitri tiba karena anakku tidak bersama kami saat ini. Itu sudah pasti!!
Berat buatku berada di dalam situasi seperti ini, tetapi, demi kebaikan dan keselamatan semuanya, aku rela menghadapi masa sulit ini.

Aku tidak boleh egois. Aku harus bisa mengalahkan rasa rindu ini demi menyelamatkan seluruh warga di kampungku maupun keluargaku sendiri.
Aku yakin, pengorbanan ini tidak akan sia-sia. Esok akan tiba waktunya kita berkumpul kembali dalam suasana suka cita.

Anakku, jaga diri baik-baik.
Jaga kesehatan,
Banyak-banyak berdoa dan mendekatkan diri pada Allah, karena hanya Dia satu-satunya pelindung dan penyelamat kita.

Doa Ibu, Bapak, Adik dan Kakak selalu mengalir untukmu.....
We love you so much!




Catatan kecil seorang Ibu

Ceper, 23 April 2020
Hari Karantina ke-39 minggu ke-6

Dilema Mudik Pandemi Covid-19

Pemerintah sudah resmi mengeluarkan pernyataan Pelarangan Mudik terhitung mulai tanggal 24 April 2020. Sebenarnya, masih ada waktu 3 har...